Akhlak tercermin dalam aktivitas, aktivitas
dikendalikan oleh otak di kepala, dan aktivitas menjadi lincah jika ditopang
oleh kaki. Begitulah rumus sederhananya, sehingga seluruh aktivitas, seharusnya
bermula dari kepala baru kemudian turun ke kaki. Tidak seharusnya
aktivitas langsung turun ke kaki tanpa bermula dari kepala. Rumusan “dari
kepala turun ke kaki” senada dengan nasehat orang bijak: “Mengagalah lebih
dahulu sebelum engkau berucap”.
Dalam pandangan psikologi-neurologi,
setiap informasi yang didapat oleh indera (mata, telinga, hidung, dst.)
setidaknya akan diteruskan dan diolah oleh 2 hal; 1) Prefrontal cortex/neo cortex (otak depan, berpikir logis) yang
terletak di kepala bagian depan/dalam dahi, dan 2) Amygdala (otak binatang, otak primitif, otak emosional). Terhadap
informasi yang didapat, prefrontal cortex akan mempertimbangkan tindakan apa yang
sebaiknya dilakukan, sementara itu, amygdala
langsung memerintahkan anggota tubuh untuk bertindak tanpa pertimbangan
terlebih dahulu. Sayangnya, menurut para neurolog, umumnya “pipa” saluran
informasi ke amygdala lebih besar
daripada ke prefrontal cortex,
sehingga informasi yang didapat oleh indera lebih cepat sampai ke amygdala ketimbang ke prefrontal cortex, dengan kata lain,
kita cenderung untuk bertindak lebih dahulu baru berpikir kemudian.
Dalam kondisi tertentu, bertindak lebih dahulu adalah lebih baik daripada berpikir lebih dahulu, sebagai ilustrasi: “Di sebuah jalan yang gelap, tiba-tiba mata kita melihat di hadapan jalan ada benda yang melingkar dan berwarna hitam, informasi dari pandangan mata kita dalam sekejap sampai ke amygdala, secepat kilat pula amygdala memerintahkan kaki untuk melompat mundur ke belakang karena mengira benda tersebut adalah Ular, walau akhirnya diketahui ternyata benda tersebut bukan Ular”. Sekali lagi, dalam kondisi demikian, bertindak lebih dahulu tentu lebih baik daripada berpikir lebih dahulu. Bukankah lebih baik kita lompat ke belakang karena mengira benda tersebut adalah Ular, ketimbang kita berpikir, dan bahkan merabanya lebih dahulu, untuk memastikan apakah benda tersebut benar-benar Ular ataukah hanya seutas tali. Namun dalam kondisi lain, banyak contoh yang membuktikan bahwa lebih baik berpikir lebih dahulu sebelum bertindak. Ketika ada seseorang yang menyenggol bahu kita tanpa sengaja, tentu sangat tidak pantas kita meresponnya dengan emosi, naik pitam, langsung bertindak, membalas dan bahkan memukulnya.
Dalam
tata kehidupan sosial, menjaga kemuliaan akhlak menjadi hal yang sangat utama,
kemuliaan akhlak akan terpelihara jika aktivitas kita selalu berada dalam corridor yang benar dan dipertimbangkan
terlebih dahulu. Bagaimanakah caranya?, bukankah sudah digambarkan bahwa “pipa”
saluran ke amygdala lebih besar
ketimbang ke prefrontal cortex?, sehingga
kita cenderung lebih dahulu bertindak sebelum berpikir.
Terdapat
“1001” jawaban terhadap pertanyaan di atas, 1 diantaranya yang paling penting
(jawaban ini didasarkan pada uraian sebelumnya), yaitu: Memperbesar “pipa”
saluran ke prefrontal cortex, sehingga
informasi yang diberikan oleh indera akan lebih cepat sampai ke prefrontal cortex ke timbang ke amygdala. Pertanyaan susulan, bagaimana
cara memperbesar “pipa” tersebut?. Caranya adalah dengan memperbanyak suplai
darah dan oksigen masuk ke prefrontal
cortex. Hal ini dapat terjadi dengan baik jika posisi kepala lebih rendah
dari jantung, dalam ajaran Islam dapat dilakukan dengan sujud (ingat, prefrontal cortex terletak di bagian
depan kepala/dahi) dalam shalat.
Dengan
demikian, insya Allah, siapa
yang rajin shalat maka segala tindak tanduknya selalu berada dalam kontrol
otaknya yang “dingin”, mulutnya akan mengaga terlebih dahulu sebelum dia
berucap. Insya Allah, pada diri mereka yang rajin shalat, akan terbentuk akhlak
yang mulia, pada dirinya akan terhindar dari perbuatan yang tercela. Insya
Allah dia akan terhindar dari apa yang diistilahkan oleh orang Banjar: “Tadahulu garobak daripada sapi, tadahulu batindak hanyar tapikiri”, jika
hal ini yang terjadi maka akan datang penyesalan di kemudian hari.
Wallahu a’lam
Oleh: Hidayat Ma’ruf
2 komentar:
Terima kasih atas kisahnya yang begitu mengingatkan
info yang menarik
Posting Komentar